Senin, 26 Januari 2009

TUGAS UJIAN MATA KULIAH STLO

TUGAS UJIAN MATA KULIAH STLO
Nama : A.Abd. Azis
No. STB : P2MK.08.01.04.006

Soal
1. Sebutkan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh seorang leader sebanyak-banyaknya dan beri penjelasan masing-masing
2. A. Gambarkan struktur organisasi di mana tempat saudara(i) bekerja
B. Menurut saudara(i) bagaimana membuat organisasi saudara(i) menjadi orgainsasi pembelajaran.
3. Buatlah contoh berfikir system (System thingking) dalam organisasi di tempat kerja masing-masing



















Jawaban
1. Ciri-ciri pemimpin
A. Pemimpin mendengarkan
Para pemimpin besar tahu pasti bahwa mereka tidak memiliki semua jawaban. Karenanya mereka tidak merasa canggung untuk bertanya dan meminta pendapat maupun wawasan dari orang lain.
B. Pemimpin menunjukkan arah
Para pemimpin menunjukkan arah dengan mengembangkan dan memberikan dukungan visi, misi, dan tujuan bagi diri mereka sendiri dan organisasi mereka. Mereka tahu bagaimana memberikan dorongan dan dukungan. Mereka pun selalu berusaha menemukan cara-cara yang lebih baik. Pemimpin perlu mempunyai visi ke depan dan dapat memprediksi serta memahami perubahan dari hasil gagasan spontanitas dan mengintegrasikan ke dalam rancangan organisasi. Tidak semua gagasan spontanitas dapat berlanjut serta dapat mewujudkan perubahan-perubahan yang nyata, oleh karena itu kebebasan untuk bereksperimen dianjurkan, kesalahan dapat ditoleransi dan pembelajaran dihargai senilai keberhasilan
C. Pemimpin menciptakan lingkungan yang penuh motivasi
Para pemimpin menciptakan suasana motivasi yang menyala-nyala dalam menghadapi perubahan. Para pemimpin itu menunjukkan penghargaan dan keberanian (daripada mencemooh atau menyalahkan orang lain) pada mereka yang bersedia mencoba hal-hal baru meski mungkin saja mereka gagal.
D. Pemimpin tidak menyalahkan
Daripada menyalahkan, mereka senantiasa belajar. Pemimpin sejati berusaha menciptakan lingkungan kerja yang menunjang suasana pembelajaran yang tiada henti serta pembaharuan diri. Mereka dengan bebas membagikan keahlian dan juga kegagalan-kegagalan mereka.
E. Pemimpin memimpin dengan teladan
Pemimpin menjadi teladan dan mempertahankan nilai-nilai yang tak berubah. Para pemimpin besar memiliki standar profesional dan personal yang tinggi. Mereka juga menghargai kekayaan yang ada pada keragaman dan perbedaan para karyawannya. Mereka realitis. Mereka bukan orang yang berkata, "Lakukan sebagaimana kataku, bukan sebagaimana tingkahku." Pemimpin besar menjaga komitmen mereka. Pemimpin membagikan kekuasaan mereka dalam membuat keputusan dengan orang lain di seluruh organisasi. Mereka paham benar dengan perbedaan antara "kekuatan" dan "kekuasaan". Kekuatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan secara efektif. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan.
F. Pimpinan yang Inovatif
Dapat memunculkan pembaharuan dengan menciptakan kondisi yang memudahkan munculnya spontanitas yang kreatif untuk menciptakan sesuatu yang baru, sehingga dapat membangun dan memelihara jaringan-jaringan komunikasi untuk menghubungkan sistem dengan diri pemimpin. Untuk memunculkan spontanitas diperlukan suatu jaringan komunikasi yang aktif dengan banyak lingkaran umpan balik. Sifat keterbukaan akan memunculkan gagasan-gagasan baru dan spontanitas, sehingga organisasi perlu terbuka terhadap gagasan dan pengetahuan baru melalui budaya pembelajaran yang memfasilitasi dialog dan menghargai setiap pemikiran dan inovasi.
G. Pemimpin “pelatih” (coaching leader),
Yaitu pemimpin yang mampu membimbing anggotanya secara terbuka dan merangsang anggotanya untuk mengeluarkan gagasan-gagasan yang kreatif melalui pendekatan yang merangsang partisipasi aktif anggota-anggotanya serta menciptakan suasana kompetitif yang positif di antara anggota-anggotanya sehingga proses penciptaan inovatif dapat dilakukan secara berkesinambungan.
Selain ciri-ciri di atas ada pula beberapa tipe pemimpin diantaranya yaitu;
a. Kuasa (Power)
Pemimpin yang memegang nilai ini menganggap bahwa apa yang paling bernilai bagi mereka adalah memiliki pengaruh pribadi. Dasar dari nilai ini adalah kebutuhan untuk memiliki dominasi dan kontrol. Tujuan utama pemimpin yang mementingkan nilai ini adalah pencapaian status sosial dan prestise, serta memiliki kontrol atau dominasi terhadap orang lain atau sumber daya tertentu. Nilai spesifik yang mendapat urutan tinggi bagi mereka adalah kuasa sosial, wewenang, kekayaan, pandangan sosial, dan penghargaan masyarakat.
b. Pencapaian (Achievement)
Pemimpin yang memegang nilai ini mengganggap bahwa mencapai sesuatu hal secara sengaja merupakan keutamaan. Dengan kata lain, bagi mereka hal yang penting adalah pencapaian dengan menunjukkan kompetensi sesuai standar sosial. Unjuk kerja yang kompeten nilai tertinggi bagai mereka. Secara khusus, orang yang menganut nilai ini mengejar sukses, dan kapabilitas.
c. Kenyamanan-kenikmatan (Hedonism)
Pemimpin yang menekankan nilai ini sangat memperhatikan kebutuhan dan kenikmatan fisik. Mereka yang sangat mementingkan nilai ini mengutamakan kesenangan, kenyamanan, dan kepuasan untuk diri sendiri.
d. Rangsangan (Stimulation)
Pemimpin yang menekankan tipe nilai ini memiliki kebutuhan akan variasi dan rangsangan untuk menjaga agar aktivitasnya tetap pada tingkat yang optimal. Rangsangan biologis dianggapnya perlu untuk mempengaruhi variasi kebutuhan, ditambah pengaruh pengalaman sosial. Tujuan pencapaian hidup bagi mereka adalah kegairahan dan mencari tantangan dalam hidup. Pemimpin yang memiliki nilai ini sering muncul sebagai orang yang ingin memiliki variasi, hidup yang menarik dan keberanian bertualang.
e. Pengarahan diri sendiri (Self-direction)
Bagi pemimpin yang memiliki nilai ini, tujuan utama yang dikejarnya adalah memiliki pikiran dan tindakan yang tidak terikat (independen),seperti memilih, mencipta, menyelidiki secara kreatif. Self-direction bersumber dari kebutuhan akan kontrol dan penguasaan (mastery), serta kebebasan berinteraksi dan ketidakterikatan. Wujud dari hal-hal yang mungkin dikejar pemilik nilai ini adalah kreativitas, keingintahuan, kebebasan, pemilihan tujuan sendiri serta keleluasaan.
f. Universalisme
Pemimpin yang memiliki tipe nilai ini menekankan kematangan dan tindakan prososial, artinya hal-hal yang membuat umat manusia menjadi semakin berkualitas. Mereka mengutamakan pentingnya saling menghargai, toleransi, memahami orang lain, dan perlindungan terhadap kesejahteraan umat manusia. Pemimpin yang memiliki tipe nilai ini menganggap amat bernilai untuk berpikiran luas, serta mencipta keadilan, kesamaan, kebijaksanaan, dan keseimbangan diri.
g. Kebajikan (Benevolence)
Pemimpin dengan nilai kebajikan ini mirip dengan mereka yang menekankan tindakan prososial. Bila mereka yang prososial menekankan kepada kesejahteraan semua orang di semua kondisi, penganut nilai kebajikan mengarahkan tindakannya kepada orang lain yang dekat dengannya. Nilai ini dapat berasal dari dua macam kebutuhan, yaitu kebutuhan interaksi yang positif untuk mengembangkan kelompok dan kebutuhan sebagai organisme untuk berafiliasi. Motivasi pemimpin dengan tipe nilai ini adalah peningkatan kesejahteraan individu yang terlibat dalam kontak personal yang intim dengannya. Mereka akan suka membantu, serta menekankan kejujuran, pengampunan, kesetiaan, persahabatan dan kasih yang dewasa, namun ditujukan hanya pada kalangan dekat saja, seperti teman, keluarga, dan warga dari suku yang sama serta agama yang sama.
h. Tradisi (Tradition)
Setiap kelompok masyarakat mengembangkan simbol-simbol dan tingkah laku yang merepresentasikan pengalaman dan nasib mereka bersama. Sebagian besar tradisi diambil dari ritus agama, keyakinan, dan norma bertingkah laku. Pemimpin yang menekankan nilai tradisi bertujuan untuk menjaga adanya penghargaan, komitmen, dan penerimaan terhadap kebiasaan, tradisi, adat istiadat, atau agama. Mereka menekankan sikap rendah hati, pengabdian, menerima posisi hidup, jalan tengah, serta hormat pada tradisi.
i. Konformitas
Tujuan dari pemimpin yang mementingkan tipe nilai ini adalah pembatasan terhadap tingkah laku dan kungkungan terhadap dorongan-dorongan individu yang dipandang tidak sejalan dengan harapan atau norma sosial. Mereka berusaha untuk mengurangi perpecahan sosial saat interaksi atau ketika fungsi kelompok tidak berjalan dengan baik. Pemimpin yang menekankan nilai ini mengutamakan kesopanan, kepatuhan, penghormatan pada orang tua, serta disiplin diri.
j. Keamanan (Security)
Tujuan pemimpin dengan nilai ini adalah mengutamakan keamanan, harmoni, stabilitas masyarakat, hubungan antar manusia, dan hubungan dengan diri sendiri. Asal nilai ini merupakan pencapaian dari dua minat, yaitu minat sebagai individual dan sebagai bagian dari komunitas. Wujud nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah keamanan nasional, tatanan kemasyarakatan, kebersihan, kesehatan, saling membantu, keamanan keluarga, dan rasa tergabung/berafiliasi.



2. A.

B. Dalam rangka membuat sebuah organisasi tempat kerja menjadi sebuah organisasi Pembelajar maka dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu memunculkan pembaharuan dengan menciptakan kondisi yang memudahkan munculnya spontanitas yang kreatif untuk menciptakan sesuatu yang baru, sehingga dapat membangun dan memelihara jaringan-jaringan komunikasi untuk menghubungkan sistem dengan diri pemimpin. Untuk memunculkan spontanitas diperlukan suatu jaringan komunikasi yang aktif dengan banyak lingkaran umpan balik. Sifat keterbukaan akan memunculkan gagasan-gagasan baru dan spontanitas, sehingga organisasi perlu terbuka terhadap gagasan dan pengetahuan baru melalui budaya pembelajaran yang memfasilitasi dialog dan menghargai setiap pemikiran dan inovasi. Pada situasi tertentu, diperlukan adanya jaringan dan lingkaran umpan balik formal, dan pada situasi yang lain diperlukan adanya suatu kerangka kerja yang kuat dengan tujuan serta pengaturan waktu yang pasti dalam mengorganisasikan kegiatannya. Pemimpin yang berpengalaman akan mampu mengevaluasi situasi yang terjadi, bila diperlukan mampu memegang komando, namun cukup fleksibel untuk melonggarkan dan melepaskannya. Kecakapan ini memungkinkan adanya berbagai jalur tindakan secara fleksibel tetapi pasti.






3.
a. Identifikasi Proses Menghasilkan Kejadian Nyata
Identifikasi proses yaitu mengungkapkan pemikiran tentang proses nyata (actual transformation) yang menimbulkan kejadian nyata (actual state). Proses nyata itu merujuk kepada objektivitas dan bukan proses yang dirasakan atau subyektivitas
Perumpamaannya : Pada sistem hidup, kejadian pusing kepala dalam tubuh manusia disebabkan kurangnya aliran darah dari jantung ke otak. Ini adalah obyektif atau kebenarannya tidak diragukan lagi menurut ilmu kedokteran. Jika dikatakan bahwa pusing disebabkan kurang makan, maka akan jadi perdebatan karena orang yang melakukan puasa tidak pernah pusing, bahkan tambah tenang kepalanya dengan puasa. Jadi, pemikiran bahwa pusing karena kurang makan itu adalah subyektif pada kasus tertentu dan bukan suatu pengetahuan yang diakui umum kebenarannya.

b. Identifikasi Kejadian Diinginkan
Langkah kedua adalah memikirkan kejadian yang seharusnya, yang diinginkan, yang dituju, yang ditargetkan ataupun yang direncanakan (desired state). Oleh karena keharusan, keinginan, target dan rencana itu merujuk kepada waktu mendatang, disebut juga pandangan ke depan atau visi. Agar visi tidak dianggap mimpi, maka visi yang baik perlu dirumuskan dengan kriteria layak (feasible) dan dapat diterirna (acceptable). Layak artinya dapat diantisipasi akan menjadi kenyataan sedangkan dapat diterima artinya dapat diantisipasi tidak akan menimbulkan pertentangan. Dengan kedua kriteria ini berarti memikirkan limit kejadian yang akan direncanakan dimana unjuk kerja sistem akan bersifat mantap (stable) dalam perubahan cepat (dynamic) masa lampau dan mendatang. Tujuan Pelayanan kesehatan adalah ingin meningkatkan derajat kesehatan kecamatan (wilayah Kerja Puskesmas) dengan lebih baik dalam 5 tahun sesuai dengan limit perkembangan sumber daya Pusekesmas. Jika dipaksakan di luar kemampuan sumber daya ingin meningkatkan derajat kesehatan dalam waktu 2 tahun, itu artinya di luar limit kemampuan sumber daya, yang akhir membawa sistem kerja Puskesmas akan terbebani dengan target yang sangat berat sehingga menjadi labil bahkan akan kacau.
c. Identifikasi Kesenjangan antara Kenyataan dengan Keinginan
Langkah ketiga adalah memikirkan tingkat kesenjangan antara kejadian aktual dengan seharusnya. Kesenjangan tersebut adalah masalah yang harus dipecahkan. Contohnya ; keinginan puskesmas meningkatkarn derajat kesehatan masyarakat dalam 5 tahun sesuai dengan limit perkembangan sumber daya. Sedangkan pada kenyataannya dapat dicapai dalam 7 tahun maka ada kesenjangan yang harus di atasi yaitu 2 tahun. Maka kesenjangan yang 2 tahun ini kemudian diupayakan dengan berbagai cara sehingga dapat diatasi.
d. Identifikasi Mekanisme Menutup Kesenjangan
Memikirkan beberapa langkah yang akan ditempuh melalui beberapa keputusan. adalah pemikiran yang dihasilkan melalui proses pembelajaran (learning), yang dapat bersifat reaktif ataupun kreatif. Pemikiran reaktif ditunjukkan oleh aksi yang bentuk atau polanya sama dengan tindakan masa lampau dan kurang antisipatif terhadap kemungkinan kejadian masa mendatang. Sedang pemikiran kreatif ditunjukkan oleh aksi yang bentuk atau polanya berbeda dengan tindakan masa lampau, yang dapat bersifat penyesuaian tindakan masa lampau (adjustment) ataupun berorientasi kemasa datang (visionary) dengan tindakan yang bersifat baru atau terobosan. Sebagai sebuah proses dinamis, mekanisme tersebut bekerja dalam dimensi waktu, di mana perencanaan suatu tindakan ke pelaksanaannya memerlukan waktu tunda (delay), sementara sistem yang ada tetap bekerja menghasilkan kinerja dan mempengaruhi tingkat kesenjangan antara kejadian aktual dengan seharusnya. Suatu rumusan mekanisme interaksi dinamis menyeluruh yang dapat dipertanggungjawabkan, pada umumnya bersumber dari hasil pembahasan untuk penyatuan pendapat (share vision) unsur yang berkepentingan (stake-holders). Dalam sebuah penelitian atau pengkajian, di mana peneliti mencoba mengisolasi dan menggali informasi dari para unsur yang berkepentingan (tanpa melalui pembahasan), rumusan mekanisme interaksi tersehut adalah hasil dari penggunaan teknik pemetaan kognitif (cognitive map) atau pemetaan sebab-akibat (causal map) tentang aliran informasi dan proses keputusan dalam sistem.
Dalam sistem dinamis, proses perumusan mekanisme tersebut pada dasamya adalah penyederhanaan kerumitan untuk menciptakan sebuah konsep model (mental model). Penanganan kerumitan ini berarti membuat penyerhanaan terhadap kerumitan, namun penyederhanaan bukan berarti mengabaikan unsur-unsur yang saling mempengaruhi yang membentuk unjuk kerja sistem secara keseluruhan. Ada dua jenis kerumitan yang perlu disederhanakan, yaitu kerumitan rinci dan kerumitan perubahan. Kerumitan rinci (detail complexity) yaitu menyangkut ciri dan cara bekerja unsur-unsur yang terlibat dalam sistem yang diamati dalam mengisi kesenjangan. Kerumitan perubahan (dynamic complexity) yaitu menyangkut proses dan kecepatan/ kelambatan walau yang diperlukan sistem dalam mengisi kesenjangan. Hasil penyederhanaan pemikiran tersebut dalam bentuk simpal-simpal (loops) umpan balik, yang menunjukkan struktur dan mekanisme dinamis mempengaruhi proses nyata dalam menciptakan kejadian nyata. Sampai di sini berarti kita telah dapat membuat penjelasan tentang dinamika struldurol (structural dynarnics) suatu sistem yang diamati.
e. Langkah kelima adalah analisis kebijakan,
Yaitu menyusun alternatif tindakan atau keputusan (policy) yang akan diambil untuk mempengaruhi proses nyata (actual transformation) sebuah sistem dalam menciptakan kejadian nyata (actual state). Keputusan tersebut dimaksudkan untuk mencapai kejadian yang diinginkan (desired state).
Alternatif tersebut dapat satu atau kornbinasi bentuk-bentuk intervensi, baik yang bersifat struktural atau fungsional. Intervensi strukrtural artinya mempengaruhi mekanisme interaksi pada sistem, sedangkan intervensi fungsional artinya mempengaruhi fungsi unsur dalam sistem pengembangan dan penetapan alternatif intervensi tersebut, biasanya dipilih setelah melakukan pengujian (dapat dengar simulasi komputer ataupun simulasi pendapat) berdasarkan dua kriteria, yaitu aman (unrisky) dan manjur (effective). Aman artinya jalan tersebut tidak mengakibatkan sistem secara keseluruhan labil atau kollaps. Manjur artinya berfungsi untuk mencapai kejadian yang diinginl:an.

Tidak ada komentar: