Minggu, 09 November 2008

The learning orgaization

Paper 2
Oleh : H. Sampurno

The learning organization/organisasi pembelajaran adalah merupakan the hot management tool pada dekade ini. Pembelajaran dalam konteks ini mencakup pembelajaran untuk individual maupun kolektif dalam organisasi. Diyakini bahwa keunggulan kompetitif suatu korporasi bersumber dari proses pembelajaran yang berkesinambungan (continuous learning). Menurut Peter Senge, organisasi pembelajaran bertumpu pada lima elemen dasar yaitu:

1. New mental model – cara berfikir lama perlu ditinggalkan dan ada keinginan untuk berubah.
2. Personal mastery – pekerja mesti belajar, terbuka satu sama lain dan saling mendengarkan,
3. System thinking – setiap orang yang ada di dalam organisasi mesti memiliki pemahaman bagaimana perusahaan sesungguhnya bekerja
4. Shared vision - semua pekerja perusahaan harus share strategi yang sama
5. Team learning - semua pekerja harus dapat bekerja dan belajar bersama untuk mewujudkan share vision dan melaksanakan strategi perusahaan.



Dalam pengertian learning organization ini, belajar tidak harus dibatasi hanya pada in-house training dan atau pendidikan di lembaga formal, tetapi juga setiap penugasan/pelaksanaan pekerjaan adalah suatu proses learning dalam rangka continuous improvement. Dalam melaksakan pekerjaan ada tacit knowledge yang diperoleh oleh individu yang bersangkutan. Tacid knowledge tersebut harus diajarkan kepada pekerja yang lain dalam suatu tatanan yang lebih sistematis dan terdokumentasi dengan baik. Dengan demikian tacit knowledge dapat dikembangkan dan disempurnakan menjadi explicit knowledge yang dieksplore secara optimal untuk kemajuan perusahaan. Learning organization tidak dapat dibentuk atau diciptakan dalam semalam, karena memerlukan kultivasi dari sikap dan komitmen serta proses manajemen. Prasyarat utama yang perlu diciptakan adalah lingkungan yang kondusif untuk belajar. Dalam konteks ini perlu ada alokasi waktu yang memadai untuk melakukan refleksi dan analisis, menilai system kerja saat ini dan mengkaji berbagai hal untuk mengekploatasi ide-ide inovatif untuk melakukan improvement secara terus menerus di perusahaan.

Aplikasi Prinsip-Prinsip Learning Organization

PT. Dexa Medica adalah perusahaan farmasi nasional yang berlokasi di Palembang. Dalam lima tahun terakhir ini perusahaan tersebut telah tumbuh pesat dan saat ini telah menjadi satu diantara 10 perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia. Salah satu elemen pendukung dari kemajuan perusahaan ini adalah menerapkan prinsip-prinsip learning organization secara sungguh-sungguh pada seluruh lini usahanya. Pihak manajemen menyadari bahwa industri farmasi adalah knowledge based company, yang karena itu knowledge management dan intangible assets management menjadi fokus dan prioritasnya. Hal ini direfleksikan antara lain pada “concern” nya yang tinggi pada pengembangan kapabilitas sumber daya manusia terutama pada R&D. Saat ini jumlah sarjana di R&D Dexa Medica mencapai 25 orang, merupakan terbesar pada perusahaan farmasi di Indonesia.
Perusahaan ini selain memproduksi obat branded miliknya sendiri, juga memproduksi obat atas dasar lisensi dari perusahaan farmasi dari luar negeri. Lisensi ini sesungguhnya mengandung unsur alih teknologi dan area yang cukup efektif untuk learning process. Salah atu contoh hasil learning organization dari Dexa Medica adalah teknologi baru new delivery system obat (NDS). Dengan teknologi ini obat dapat dilepas secara perlahan lahan (sustain release), sehingga pasien tidak harus minum obat berkali kali dalam satu hari, cukup satu kali saja.
Melalui proses pembelajaran yang melibatkan divisi R&D, produksi dan quality control maka Dexa Medica kini menguasai teknologi sustain release dengan sangat baik. Perusahaan ini merupakan satu-satunya perusahaan farmasi nasional yang dipilih oleh perusahaan farmasi MNC untuk toll manufacturing produknya dengan teknologi sustain release.
PT Dexa Medica juga mempunyai anak perusahaan yaitu PT AAM yang bergerak dalam distribusi obat. Produk-produk yang didistribusikan oleh PT AAM tidak hanya produk Dexa Medica tetapi juga dari prinsipal lainnya baik dari perusahaan domestik maupun MNC. Pertumbuhan penjualan PT AAM pada lima tahun terakhir ini cukup tinggi yaitu rata-rata 30% per tahun. Demikian juga prinsipal yang menjadi mitra PT AAM bertambah setiap tahunnya.
Pertumbuhan sales yang cukup tinggi dari PT AAM tersebut tidak hanya karena kerja keras tetapi juga keunggulan sistem distribusi yang dimilikinya dan distribution fee yang kompetitif yang ditawarkan kepada prinsipal. Dewasa ini PT AAM telah memiliki system IT yang cukup canggih untuk mendukung bisnis distribusi yang menjadi core businessnya. Dengan IT yang telah dikembangkan dan dikuasainya maka data inventory disemua cabangnya diseluruh Indonesia dapat diketahui setiap saat dengan akurasi yang sangat tinggi. Persediaan obat di gudang di semua cabang dapat diketahui jenis maupun jumlahnya secara tepat bahkan dapat diketahui produk apa saja yang akan stock out dalam waktu dekat dan di cabang mana saja. Posisi inventory setiap produk dapat diketahui pula oleh prinsipal yang bersangkutan, karena system IT dibuat on-line antara PT AAM dan prinsipal. Tersedianya data/informasi inventory ini jelas sangat menguntungkan semua pihak baik PT. AAM dan semua prinsipalnya.
Keunggulan yang lain adalah distribution fee yang ditawarkan oleh PT AAM kepada prinsipal yakni sekitar 8%, padahal distributor yang lain fee itu masih berkisar antara 10 s/d 12 % . Keunggulan biaya distribusi yang kompetitif ini dapat dilakukan karena perusahaan melakukan efisiensi secara terus menerus dan proses belajar yang tidak pernah berhenti termasuk peningkatan kapabelitas teknologi dalam system IT.

Pustaka:

1. Salvatore, Dominick; Managerial Economics in a Global Economy, Fifth Edition.

Tidak ada komentar: